Baru-baru ini, sebuah pertemuan yang menarik perhatian berlangsung di markas The Federal Reserve (FED). Trump menjadi presiden pertama yang mengunjungi The Federal Reserve (FED) secara langsung dalam lebih dari dua dekade, langkah ini memicu perhatian dan diskusi yang luas.
Secara superficial, kunjungan ini dilakukan untuk meninjau proyek renovasi markas The Federal Reserve (FED). Namun, para ahli industri umumnya percaya bahwa tujuan sebenarnya dari pertemuan ini adalah untuk memberikan tekanan kepada Ketua The Federal Reserve (FED) Powell, mendesaknya untuk segera menerapkan kebijakan penurunan suku bunga. Trump bahkan mengajukan saran radikal untuk menurunkan suku bunga menjadi 1%, dengan alasan bahwa lingkungan suku bunga tinggi saat ini di AS sedang memberi tekanan besar pada pembiayaan pemerintah.
Selama pertemuan, Trump juga mempertanyakan anggaran renovasi sebesar 2,5 miliar dolar AS dari The Federal Reserve (FED), berpendapat bahwa pengeluaran ini mungkin terlalu mewah. Perlu dicatat bahwa sebelumnya Trump telah secara terbuka mengkritik keputusan Powell, dan kali ini datang secara langsung menunjukkan niat tekanan yang kuat.
Namun, langkah ini juga memicu kekhawatiran tentang independensi The Federal Reserve (FED). Banyak pengamat menunjukkan bahwa intervensi langsung presiden terhadap keputusan bank sentral dapat merusak keseimbangan institusi yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Sementara itu, para ekonom juga mempertanyakan saran besar penurunan suku bunga yang diajukan oleh Trump, menganggap bahwa kebijakan penurunan suku bunga yang begitu agresif tidak memiliki dasar yang rasional dalam situasi ekonomi saat ini.
Meskipun demikian, reaksi pasar keuangan terhadap peristiwa ini relatif tenang, tampaknya sedang menunggu respons resmi dari The Federal Reserve (FED). Arah kebijakan suku bunga di masa depan akan sangat tergantung pada bagaimana The Federal Reserve (FED) menyeimbangkan tekanan politik dan realitas ekonomi.
Kunjungan presiden yang jarang ini jelas menambah variabel baru dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter Amerika Serikat. Ini tidak hanya mencerminkan tuntutan mendesak pemerintah saat ini terhadap kebijakan ekonomi, tetapi juga menguji kemampuan The Federal Reserve (FED) untuk mempertahankan independensinya di tengah situasi yang kompleks. Seiring perkembangan situasi, berbagai pihak akan memantau dengan cermat tanggapan lanjutan dari The Federal Reserve (FED) dan dampaknya yang potensial terhadap ekonomi Amerika.
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
9 Suka
Hadiah
9
4
Bagikan
Komentar
0/400
FadCatcher
· 07-24 17:59
Sekali lagi membuat keributan ya
Lihat AsliBalas0
MoonRocketman
· 07-24 14:49
Lintasan berbelok ya, probabilitas overshoot 85,7%
Baru-baru ini, sebuah pertemuan yang menarik perhatian berlangsung di markas The Federal Reserve (FED). Trump menjadi presiden pertama yang mengunjungi The Federal Reserve (FED) secara langsung dalam lebih dari dua dekade, langkah ini memicu perhatian dan diskusi yang luas.
Secara superficial, kunjungan ini dilakukan untuk meninjau proyek renovasi markas The Federal Reserve (FED). Namun, para ahli industri umumnya percaya bahwa tujuan sebenarnya dari pertemuan ini adalah untuk memberikan tekanan kepada Ketua The Federal Reserve (FED) Powell, mendesaknya untuk segera menerapkan kebijakan penurunan suku bunga. Trump bahkan mengajukan saran radikal untuk menurunkan suku bunga menjadi 1%, dengan alasan bahwa lingkungan suku bunga tinggi saat ini di AS sedang memberi tekanan besar pada pembiayaan pemerintah.
Selama pertemuan, Trump juga mempertanyakan anggaran renovasi sebesar 2,5 miliar dolar AS dari The Federal Reserve (FED), berpendapat bahwa pengeluaran ini mungkin terlalu mewah. Perlu dicatat bahwa sebelumnya Trump telah secara terbuka mengkritik keputusan Powell, dan kali ini datang secara langsung menunjukkan niat tekanan yang kuat.
Namun, langkah ini juga memicu kekhawatiran tentang independensi The Federal Reserve (FED). Banyak pengamat menunjukkan bahwa intervensi langsung presiden terhadap keputusan bank sentral dapat merusak keseimbangan institusi yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Sementara itu, para ekonom juga mempertanyakan saran besar penurunan suku bunga yang diajukan oleh Trump, menganggap bahwa kebijakan penurunan suku bunga yang begitu agresif tidak memiliki dasar yang rasional dalam situasi ekonomi saat ini.
Meskipun demikian, reaksi pasar keuangan terhadap peristiwa ini relatif tenang, tampaknya sedang menunggu respons resmi dari The Federal Reserve (FED). Arah kebijakan suku bunga di masa depan akan sangat tergantung pada bagaimana The Federal Reserve (FED) menyeimbangkan tekanan politik dan realitas ekonomi.
Kunjungan presiden yang jarang ini jelas menambah variabel baru dalam pengambilan keputusan kebijakan moneter Amerika Serikat. Ini tidak hanya mencerminkan tuntutan mendesak pemerintah saat ini terhadap kebijakan ekonomi, tetapi juga menguji kemampuan The Federal Reserve (FED) untuk mempertahankan independensinya di tengah situasi yang kompleks. Seiring perkembangan situasi, berbagai pihak akan memantau dengan cermat tanggapan lanjutan dari The Federal Reserve (FED) dan dampaknya yang potensial terhadap ekonomi Amerika.